Dannu pun bersandar pada dinding yang mengajaknya berbicara. "Jangan mengajakku berbicara saat ini..!", tolaknya disaat semua seakan membuatnya susah bernafas dengan benar. Yang dia pandang hanya orang berlalu lalang dengan muka dan bentuk yang tersamar oleh kilauan-kilauan cahaya yang terbiaskan matanya. Yang dia rasakan hanya dingin yang berasal dari dalam tubuhnya. Tidak ingin bicara, karena dia tau segala ucapannya akan terhalang.

Hanya mendengar dan mengikuti setiap kata yang dengan lembut merubah sisi ketidaklogisan perasaannya. Dimana aku..?. Disaat aku sedang berdiri dengan setengah telapak kaki menyentuh tepi peralasan. Ketika semua seakan dapat berlari saling mengejar kesempurnaan yang terbatas angan. Mereka berbicara diatas kenyakinan dari mata dan telinganya. Siapa mereka?. Ketika tersadar tiada tangan yang membantu memegang keterbatasan dan keindahan yang tercipta. Lantas untuk siapa?.

Kakinya seakan membatu karena tidak hanya dinding yang berbicara, anginpun membisikan ceritanya, lagu-lagu mulai mematenkan smua liriknya ditelinga dan pikirannya, sudut-sudut pandangnya terus menerus menyapa tanpa henti. Yang hanya bisa dia lakukan hanyalah menundukkan kepala dengan berusaha melepas sejenak semua rantai kesucian yang mengikatnya kala itu.


...