...

Birunya merangkul dalam hati. Menutup pandangan gerak langkah yang tersamar dalam impian semu. Dalam udara dia berbisik, pengemis yang bijak tidak akan berpangku diatas apa yang sejenak digariskan. Dia terlihat, dengan menampikkan tembok besar keduniaan yang tercipta dengan sempurnanya. Dia tak terbaca, ketika kebisingan dalam hati mulai teriak menyela ingin melihat apa yang terlihat didepannya.

Seseorang dengan wajah kebahagiaan dan dengan perhiasan emas ditubuhnya menghampiri. Apa yang kamu cari?, karena aku sendiri belum menemukannya.
Dia memilikinya. Kamu tidak.
Kamu memilikinya. Dia tidak.
Mereka menutupinya dengan pembenaran-pembenaran yang terlihat. Mereka mengingkarinya dengan perdebatan kepentingan-kepentingan yang mendominasi.

Semua bisa terlihat, semua bisa terbaca.
Karena hatimu, masih milikmu. Bukan dia, mereka atau siapa.


...


*duh.., kumat lagi.. arggh..